Jakarta - Novela Nawipa, saksi fenomenal di sidang MK berhasil mengguncang dan menyadarkan publik seantero nusantara tentang kecurangan pilpres 2014. Kubu yang berseberangan pun meradang. Namun kenapa Komnas HAM ikut bermain?
"Iya, saya rasa dan saya sangat kecewa sebetulnya. Yang awalnya dia itu kaka, abang, yang awalnya ingin bersilaturahmi kok tiba-tiba saya digiring, dijebak, untuk mengakui bahwa saya yang berada di tekanan tidak ada di bawah tekanan tidak diintimidasi," ujar Novela dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com, Senin (18/8/2014).
"Tidak ada intimidasi dan tekanan itu pada waktu saya sebelum bersaksi dan waktu bersaksi di MK. Tetapi setelah saya bersaksi di MK, betul-betul saya berada di bawah tekana dan intimidasi," tegas dia.
Novela kembali menegaskan, dirinya mendapat intimidasi dan tekanan melalui berbagai media setelah kesaksian Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK). "Jadi saya diteror melalui telepon, sms, media sosial facebook. Dari teman-temen dan sebagaianya. Namanya juga Facebook, ya siapa saja."
"Mereka menilai saya buruk. Tapi jangan menilai saya dari satu sisi, bahwa saya kader partai. Kedua, rumah saya 1 hari setelah pengakuan saya di MK, rumah saya di kampung Awabuto dirusak oleh beberapa orang. Tapi setelah itu keluarga sudah lapor ke Polsek setempat di Paniai Timur. Dan saat ini sudah aman, ada polisi berjaga-jaga di kampung Awabutu," papar dia.
Kronologis di Komnas HAM
Novela memaparkan kronologis kedatangannya di kantor Komnas HAM. Awalnya dia mengaku hanya ingin bersilaturahmi atas undangan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai sesama satu suku.
"Kami berasal dari suatu suku merasa lama tidak berjumpa. Kebetulan saya ada di Jakarta ada abang Tinus (Natalius Pigai). Kami bertemu abang, kaka Natalius Piagai," ujar Novela.
Namun sesampainya di kantor Komnas HAM tiba-tiba muncul sejumlah awak media massa mengerumuninya. "Sesampaianya saya di kantor Komnas HAM, saya sudah dikerumuni media massa. Saya kaget, sesungguhnys saya ke sini mau bersilaturahmi dengan abang, tidak lebih."
"Saya juga tidak tahu media massa tahu dari mana? Karen pada saat saya tiba di Koman HAM, tiba-tiba saya dikerumuni media massa," sambung pengusaha kontraktor itu.
Selain itu, Novela juga merasa diarahkan oleh Natalius. Bahwa ada penyelenggaraan Pilpres di Kabupaten Pinai. Padahal menurutnya, tidak ada penyelenggaraan Pilpres di kampung halamannya itu.
"Lalu setelah itu saya ke lantai 3, sampai di lantai 3 saya coba untuk digiring. Jadi saya mau diarahkan bahwa sebetulnya di Paniai itu ada Pilpres di distrik. Jadi semua yang ada di kampung dikerahkan ke kantor distrik," ujar Novela.
"Kembali lagi ke masalah di MK, bahwa di kampung saya itu tidak ada pemilihan Pilpres, TPS tidak ada, aktifitas Pemilu tidak ada. Acuan saya sebenarnya ada di situ," tandas Novela.
0 komentar :
Posting Komentar