Oleh Rivai Hutapea
Sidang yang membahas tentang kecurangan Pilpres 2014 lalu, masih dibahas oleh para Hakim Konstitusi di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Rencananya, jika tidak ada halangan apa pun, Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) akan menyampaikan keputusannya pada hari Rabu (20/8) akan datang. Kita berharap semoga para hakim mahkamah konstitusi benar-benar memutuskan perkara ini dengan langsung ke arah jantungnya.
Dengan kata lain, tidak hanya berhenti kepada hal-hal yang bersifat kuantitatif atau perhitungan angka-angka saja, namun lebih dalam lagi menyentuh ke hal yang sangat substantif yang diperkarakan oleh pemohon. Sehingga melalui keputusan yang substantif itu, keputusan hakim MK benar-benar akan memberikan rasa keadilan dan yang lebih penting juga tidak ada yang akan melanggar aturan konstitusi yang berlaku. Dan sebagai kader dakwah yang terlibat langsung dalam pilpres ini, tugas kita adalah terus mengawal proses ini sampai tuntas.
Sambil terus mengawal proses ini, banyak ibroh atau pelajaran yang dapat para kader dakwah ambil dari proses Pilpres 2014 ini. Satu dari sekian pelajaran itu adalah urgennya dakwah ini melahirkan banyak tokoh di masyarakat atau dengan lain perkataan sangat penting bagi dakwah melakukan dan merekayasa penokohan para kadernya di masyarakat.
Rekayasa penokohan kader dakwah di masyarakat ini setidaknya memiliki dua kepentingan besar. Pertama, untuk mentransformasi nilai-nilai dakwah sehingga nilai-nilai Islam dapat menyebar luas hingga ke kalangan akar rumput. Sejak lama dalam kultur masyarakat, kepatuhan kepada pemimpin atau tokoh masih sangat dipegang kuat oleh masyarakat Indonesia. Dengan ketokohan yang dipunyainya, kader dakwah dapat meningkatkan keshalihan dan ketakwaan masyarakat kepada Allah SWT.
Hal ini dimungkinkan karena misi dan visi para tokoh dakwah tidak sebatas duniawi belaka, tapi juga jauh ke depan yang bersifat ukhrawi. Tak hanya itu, dengan posisi yang khas di tengah masyarakat, para tokoh dakwah juga berkesempatan luas untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan secara merata ke seluruh masyarakat.
Kedua, melalui tokoh-tokoh dakwah yang duduk di perangkat desa ini (Lurah, RW, RT, LMK dll), dukungan warga kepada partai dakwah semakin luas dan lebar. Warga Indonesia adalah masyarakat yang tidaklah bodoh alias cerdas. Mereka tentunya sangat memperhatikan tingkah laku dan perbuatan aparat pemerintah, baik di tingkat pusat sampai tingkat desa. Para tokoh dakwah yang dapat secara riil memberikan manfaat, keadilan dan kesejahteraan, dalam pengertian yang luas, baik manfaat materi dan ruhani, otomatis akan selalu mendapat dukungan untuk terus memerintah. Secara konstitusional, masyarakat akan menjatuhkan pilihan politiknya saat Pemilu ke partai dakwah (PKS).
Para kader, partai dakwah ini seharusnya dapat mencontoh Erdogan dengan partainya yang kembali mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat untuk kesekian kalinya memerintah di Turki. Hal ini tak lain karena kiprah dan kerja-kerja kabinet Erdogan, tokoh dakwah Turki ini, benar-benar nyata di mata
masyarakat Turki.
Pertanyaan besarnya saat ini adalah dari mana kita mulai melahirkan para tokoh dari kalangan kader dakwah ini? Banyak cara menuju Roma, demikian bunyi sebuah ungkapan. Begitu pula tentunya banyak cara juga melahirkan para tokoh dari kader dakwah ini. Salah satu caranya menempatkan para kader dakwah di pos-pos penting di perangkat desa, mulai dari RT, RW, LMK, Lurah dan lainnya.
Sesuai dengan visi misi yang dianut dakwah, mendekatkan diri kepada Allah SWT, meningkatkan ketakwaan kepada-Nya, menyebarkan fikrah dan nilai-nilai Islam ke masyarakat dan menciptakan keadilan dan kesejahteraan warga, maka hukumnya “wajib” bagi para kader dakwah menduduki pos-pos penting di perangkat desa tersebut. Jika koridor visi misi ini yang dijalani oleh para kader dakwah ketika menduduki pos-pos penting di pemerintahan desa ini, dalam pandangan penulis yang sempit ini, maka perjuangan para kader dakwah untuk merebut pos-pos tersebut masuk dalam kategori jihad fisabilillah, yang setiap pikiran, langkah dan tingkah lakunya insya Allah akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Jika dilihat dari sisi skill, maka masukknya para kader dakwah di pos-pos penting di perangkat desa, seperti RT, RW, lurah, LMK dan lainnya, bagian dari proses pembelajaran yang berharga bagi para kader, khususnya dalam hal praktek kepemerintahan. Dan yang lebih urgen dari sekadar itu adalah kesempatan para kader untuk berkiprah di pemerintahan desa sebagai proses implementasi nilai-nilai Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Saw dan para sahabat beliau dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Penulis memiliki seorang sahabat kader dakwah yang saat ini menduduki posisi RT di suatu RT di Jakarta. Menurut pengakuannya, awal dipilih menjadi ketua RT, ia tidak tahu apa-apa, bingung dan kebayang pekerjaannya akan sulit dan ribet. Namun, setelah dijalani dengan amanah, ternyata menjadi RT tidak susah-susah amat. Bahkan, saat ini ia mengaku enjoy dan menikmati menjadi ketua RT karena ia dan keluarga memiliki peluang untuk berdakwah lebih riil lagi ke masyarakat, khususnya kepada warga yang menjadi lingkup tanggung jawabnya.
Terkait dengan ini, penulis mendengar pekan-pekan ini akan terjadi pergantian LMK se kecamatan di seluruh provinsi Jakarta. Setelah itu, kemungkinan pula akan terjadi penggantian ketua RT, RW dan Lurah di seluruh Jakarta dan Indonesia. Jika mengacu dari keterangan di atas, maka inilah saatnya bagi para kader dakwah untuk merebut pos-pos penting di perangkat desa tersebut untuk kemaslahatan dakwah dan kejayaan Islam di negeri ini.
Cara lainnya untuk melahirkan para tokoh dari rahim kader dakwah adalah dengan mendirikan banyak lembaga sosial kemasyarakatan dan para kader dakwah dapat eksis dan berkiprah secara nyata di lembaga-lembaga tersebut. Lembaga-lembaga itu tentu banyak macam dan bentuknya, mulai dari lembaga yang konsep ke bidang sosial, keuangan, keagamaan, kesehatan, pendidikan dan lainnya.
Dilihat dari potensi kader dakwah, salah satu lembaga yang potensial untuk didirikan secara massif di seluruh desa adalah Perkampungan Tahfidz Qur’an atau Perkampungan Qur’an. Di sini para kader dakwah mengajari masyarakat di berbagi levelnya, anak-anak, remaja dan orangtua tajwid, tahfidz qur’an hingga pemahaman keislaman.
Pertanyaannya mengapa lembaga Qur’an atau perkampungan Qur’an? Jawabannya simpel sekali. Karena al-Qur’an diterima oleh seluruh masyarakat, khususnya umat Islam tanpa memandang fiqih yang dianut. Melalui perkampungan tahfidz Qur’an ini, para kader dapat masuk ke masyarakat tanpa mendapat pertentangan yang keras dari warga. Selain juga mengajari umat Islam dan al-Qur’an ini pula pekerjaan utama para kader dakwah.
Pemilu 2020 akan datang memang masih lima tahun lagi. Namun, proyeksi, target, capaian dan kerja dakwah tidak harus menunggu lima tahun lagi. Atau dengan lain perkataan jika dakwah ini meraih kesuksesannya di 2020 akan datang, maka langkah awal yang potensial untuk dijalani adalah melahirkan banyak tokoh dari rahim dakwah. Dan salah satu pintu untuk melahirkan para tokoh dari rahim kader tersebut adalah dengan menempatkan para kader di pos-pos penting di perangkat desa, seperti RT, RW, Lurah, LMK, PKK dan lainnya mulai saat ini. Jika ini dilakukan, atas izin-Nya, 2020 dakwah akan meraih kemenangannya. Amin.
MAU PASANG IKLAN SEPERTI INI?
0 komentar :
Posting Komentar