Islamedia.co - Masjid Al-Aqsha merupakan sentral dalam setiap permasalahan yang terjadi di dunia Islam. penjajahan zionis yahudi dalam menguasai wilayah tersebut banyak menimbulkan kerusakan, faktanya sudah sangat banyak terjadi perusakan, penghancuran dan perubahan situs-situs sejarah Islam di kawasan masjid Al-Aqsha tersebut, bahkan kini hampir semuanya tinggal kenangan sejarah tanpa bentuk. Pendudukan yahudi di kota al-Quds menjadi penyebab banyaknya situs-situs Islam diganti dengan cerita dan dongeng yahudi yang dipaksakan keberadaannya serta dipaksakan untuk diajarkan dari satu generasi ke generasi lain. Orang yahudi beranggapan bahwa mereka mempunyai ‘saham’ sejarah di kota suci tersebut, tetapi anggapan tersebut tidak pernah terbuktikan secara geografi dan sejarah. Oleh karenanya, mereka membuat sejarah sendiri lalu merubah situs-situsnya dan menggantikan situs lama yang sudah ada dengan situs baru yang bersumber dari cerita dan dongeng belaka. Inilah fakta yang terjadi di al-Quds, tempat dimana masjid al-Aqsha berada.
Sebagai contoh, saat ini sudah tidak ada lagi keberadaan perkampungan orang-orang maroko (morocco distric) yang bertempat di sebelah barat dinding buraq, masjid al-Aqsha. Tahun 1967, kawasan ini digusur dengan boldoser dan diganti dengan tempat ibadah yahudi yang dinamakan ‘dinding ratapan’ dan rumah tempat tinggal mereka.
Pengenalan landmark masjid Al-Aqsha diharapkan dapat mengenalkan seni keindahan dan menjelaskan bukti-bukti sejarah yang terdapat di dalam kawasan masjid al-Aqsha tersebut, semoga pemahaman yang baik dan benar tentang landmark masjid al aqsha mampu menjadi sebuah khazanah keilmuan tersendiri dan menjadi benteng pertahanan terhadap perusakan serta pemutar balikan fakta sejarah.
Letak dan batasan yang disebut dengan masjid Al-aqsha yaitu sebuah nama kawasan untuk keseluruhan tempat yang dikelilingi pagar di dalam masjid. Di sekelilingnya terdapat beberapa pintu masuk, di dalamnya ada halaman yang luas, Masjid Qibli, Qubbatus Shakhrah, mushalla Marwani, ruwaq (lorong), kubah, mashthabah (gundukan tanah sebagai tempat untuk menuntut ilmu), saluran air dan lainnya. Di sisinya terdapat beberapa menara Masjid. Tidak keseluruhan kawasan al-Aqsha beratap kecuali beberapa bangunan. Inilah yang disebut masjid al-Aqsha. Kita akan melihat dan membahas situs-situs yang ada di masjid al-Aqsha, dan dimulai dari pintu-pintu masjid al-Aqsha.
A. Pintu-Pintu Masjid al-Aqsha ((أبواب المسجد
Pintu di masjid al-Aqsha bentuknya adalah gerbang untuk memasukinya. Beberapa pintu berada di pagar kota al-Quds dan pintu lainnya berada di pagar masjid al-Aqsha. Masjid al-Aqsha yang mempunyai luas 14,4 hektar tentu tidak hanya ada satu atau dua pintu untuk memasukinya. Disana terdapat sepuluh pintu masuk yang sampai saat ini masih terbuka. Pintu-pintu ini terdapat di sebelah utara dan barat masjid. Ada empat pintu lainnya sudah tertutup dinding karena alasan keamanan. Pintu yang tertutup ini merupakan pintu pagar yang berbatasan langsung dengan kota suci al-Quds. Pintu-pintu ini terdapat di sebelah timur dan selatan masjid. Berikut nama-nama pintu yang terdapat di masjid al-Aqsha dan sejarah pembangunannya
1. Pintu Al-Asbat (Al-Asbat Gate/باب الأسباط )
Pintu ini terletak di sebelah utara paling kiri masjid al-Aqsha. Diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 610 H./1213 M. ketika ada renovasi lorong utara dan diperbaharui juga pada masa-masa selanjutnya. Pada pojok pintu bagian dalam terdapat tangga yang terkoneksi langsung ke lorong utara, sedangkan pintu bagian luar masjid berbentuk persegi panjang melengkung yang runcing dengan lebar sekitar 2 meter dan mempunyai tinggi 4 meter. Pintu masuk ini mempunyai dua daun pintu yang terbuat dari kayu. Dilihat dari jenis kayu, daun pintu ini dibuat pada masa kini.
2. Pintu Hittah (Remission Gate/ باب حطة)
Pintu ini berada diantara pintu kuno masjid yang terletak di sebelah utara, di lorong utara. Posisinya diantara madrasah al-Karimiyah dan madrasah at-Turbah al-Auhadiyah. Diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 617 H./1220 M. ketika al-Malik al-Mu’adzam Isa berkuasa.
3. Pintu Al-Atam ( King Faisal’s Gate( باب العتم /
Pintu ini berada diantara pintu Hittah dan pintu Ghawanimah di sebelah utara masjid al-Aqsha. Orang-orang Bait al-Maqdis menamainya dengan Al-Atam, yang berarti gelap. Ada beberapa nama lain dari pintu ini, diantaranya pintu Raja Faisal, dinisbatkan kepada raja Faisal bin Husain, raja Syiria yang datang ke masjid al-Aqsha pada tahun 1930 M. melalui pintu ini. Nama lainnya adalah pintu ad-Duwaidariyah, karena disampingnya terdapat madrasah ad-Duwaidariyah dan pintu ini dinisbatkan kepadanya. Juga disebut pintu Syaraf al-Anbiya.
Pintu ini diperbaharui pada masa pemerintahan al-Malik al-Mu’adzam bin al-Malik al-Adil Abu Bakar bin Ayyub dari kesultanan Ayyubiyah pada tahun 610 H./1213 M. Perbaikan ini dilakukan ketika renovasi lorong utara.
4. Pintu Al-Gawanimah (Gate of The Bani Ghanim/ ( باب الغوانمة
Pintu Al-Ghawanimah: Ini adalah pintu pertama pada ruwak gharbi (lorong barat). Posisinya berada di sebelah timur laut dari masjid al-Aqsha. Didirikan pada masa Umawiyah, dan pintu ini juga dikenal dengan sebutan pintu al-Walid, dinisbatkan kepada al-Walid bin Abdul Malik. Diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 707 H./1307 M. ketika mulai dibangun lorong barat. Pintu ini agak kecil, bentuknya persegi panjang. Antara lebar dan tinggi pintu sangat berbeda. Pintu masuknya terbuat dari kayu dan terdapat satu daun pintu untuk mengatur keluar masuk orang. Untuk memasuki pintu ini dengan menaiki delapan anak tangga. Diatasnya terdapat rumah penduduk. Pintu ini pernah dibakar oleh pemukim yahudi tahun 1998, kemudian sudah diperbaiki.
5. Pintu An-Nazir (Al-Nazir Gate/ باب الناظر)
Pintu An-Nazir: Diantara nama lain dari pintu ini adalah pintu al-Habs, yang artinya penjara. Dinamakan dengan pintu al-Habs karena dekat dengan penjara pada masa kesultanan Turki. Nama lainnya adalah pintu al-Majlis. Pintu ini terletak di sebelah barat masjid al-Aqsha. Telah diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah pada tahun 600 H./1203 M.
6. Pintu Al-Hadid )Iron Gate(باب الحديد /
Pintu Al-Hadid: Posisi pintu ini berada di sebelah barat masjid al-Aqsha. Pintu ini adalah salah satu dari beberapa pintu yang merupakan cabang dari jalan bab al-‘Amud, salah satu jalan masuk benteng al-Quds. Dinamakan juga pintu Argun karena diperbaharui pada masa Amir Argun yang wafat tahun 758 H./1356 M. Argun dalam bahasa arab berarti al-Hadid (Besi). Jauh di atas pintu terdapat ruangan yang pernah difungsikan pada masa Mamalik. Ditengah-tengahnya terdapat jendela persegi empat yang dikelilingi batu dengan ornament melengkung berbentuk zig zag. List jendela tersebut dengan batu warna merah dan putih.
7. Pintu Al-Qatanin (Gate of the Cotton Merchants/ باب القطانين)
Pintu Al-Qatanin: Berada di sebelah barat dari masjid al-Aqsha. Diantara pintu masjid yang paling utama dan paling besar, sejajar dengan pasar Qathanin. Ketika Sultan Mameluk Muhammad Qalawun berkuasa, ia memerintahkan gubernurnya al-Amir Saifuddin an-Nashiri untuk merenovasi pintu ini pada tahun 737 H./1333 M.
8. Pintu Al-Mitharah (Ablution Gate/ باب المطهرة )
Pintu Al-Mitharah: Berada di sebelah barat masjid al-Aqsha, yang mengarah langsung ke tempat wudhu. Oleh karenanya dinamakan pintu al-Mitharah yang artinya pembersihan. Pintu ini termasuk pintu lama sebagaimana pintu-pintu lainnya. Diperbaharui pada masa pemerintahan Mamalik tahun 665 H./1266 M. oleh al-Amir Adaghidi, atau tahun 666 H./1267 M oleh al-Amir Alauddin al-Bashiri.
9. Pintu As-Silsilah (Chain Gate/ باب السلسلة)
Pintu As-Silsilah: Berada di sebelah barat masjid al-Aqsha, yang beririsan dengan lorong barat. Sebagian orang mengatakan pintu ini ada dua, bukan satu. Pintu pertama dinamakan As-Silsilah (rantai) karena diyakini dulunya terdapat rantai yang tergantung di pintu. Pintu kedua dinamakan As-Sakinah. Pintu kedua ditutup, dibuka hanya dalam kondisi darurat. Pintu yang selalu dibuka adalah pintu As-Silsilah. Pintu gerbang ini diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 600 H./1266 M. ketika al-Malik al-Adil Saifuddin Abu Bakar memerintah. Bagian atas pintu As-Silsilah tertutup kubah. Kubah ini berdiri di atas dinding-dinding pintu. Dekorasi kubah sangat indah karena berbentuk persegi delapan. Bagian atas pintu terdapat bangunan berupa ruangan, yang sejarah pembangunannya kembali ke zaman Mameluk dan Kesultanan Turki Utsmani.
10. Pintu Al-Magharibah (Marocco Gate/ باب المغاربة)
Pintu Al-Magharibah: Pintu ini juga dikenal dengan sebutan pintu An-Nabi atau pintu Al-Buraq. Karena diyakini, melalui pintu ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam masjid al-Aqsha ketika malam isra’. Sedangkan dinamakan dengan pintu Al-Magharibah, karena pintu ini mempunyai akses langsung ke perkampungan orang-orang Maroko (Morocco distric). Kampung ini sudah digusur dan digantikan dengan perkampungan yahudi. Diperbaharui pada masa Kesultanan Mameluk tahun 737 H./1336 M. ketika Sultan Nasir Muhammad Qalawun berkuasa. Dari arah luar masjid, pintu ini berbentuk melengkung diatasnya. Dari arah dalam masjid, pintu ini berbentuk persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar, 2:3. Terbuat dari kayu dengan satu daun pintu. Pintu ini beratapkan dua kubah. Di sebelah utara pintu ini terdapat masjid kecil yang dinamakan masjid Al-Buraq. Masjid ini dibangun pada masa Mameluk pada tahun 707-737 H. Masjid ini berbentuk persegi empat dengan ketinggian mencapai 3 meter.
11. Pintu Al-Janaiz ( باب الجنائز)
Pintu Al-Janaiz: Pintu ini berada di sebelah timur masjid al-Aqsha. Pagar masjid sebelah timur juga merupakan pagar (benteng) kota al-Quds. Di pagar ini hanya ada dua pintu, yaitu pintu Al-Janaiz dan pintu Ar-Rahmah. Pintu Al-Janaiz khusus digunakan untuk membawa janazah dari masjid ke makam rahmah, di samping masjid. Ditutup pada masa Sultan Shalahuddin untuk menjaga masjid dan al-Quds dari berbagai serangan.
12. Pintu Ar-Rahmahdan At-Taubah (Az-Zahabi/ Golden Gate والتوبة باب الرحمة)
Pintu Ar-Rahmah: Pintu kedua di sebelah timur masjid al-Aqsha. Terdiri dari dua pintu masuk, yang dinamakan dengan Ar-Rahmah dan at-Taubah. Pintu Ar-Rahmah berada di sebelah selatan dan pintu At-Taubah berada di utara masjid al-Aqsha. Dulu pintu ini terbuka hingga datangnya perang salib. Tentara salib menjadikan pintu ini sebagai pintu masuk untuk menyerang masjid al-Aqsha dan kota al-Quds. Kemudian pintu ini ditutup pada masa Sultan Shalahuddin untuk menjaga masjid dan al-Quds dari berbagai serangan. Di dalam pintu ini Shalahuddin menuliskan salah satu potongan ayat al-Qur’an surat al-Hadid: 13
“Pada hari orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman: Tunggulah kami! Kami ingin mengambil cahayamu. Kepada mereka dikatakan: Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu). Lalu diantara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab”.
Adapun orang-orang Yahudi dan Nashrani menyebut pintu ini dengan sebutan pintu Az-Zahabi (emas) dan meyakini bahwa Isa bin Maryam akan datang melewati pintu ini pada akhir zaman, sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
13. Pintu Ats-Tsulasi ( باب الثلاثى)
Pintu Ats-Tsulasi: Berada di selatan masjid, dan menjadi pintu masuk ke mushalla Marwani. Ditutup atas perintah Sultan Shalahuddin untuk menjaga masjid dan al-Quds dari serangan. Tahun 1990-an, penjajah zionis membangunkan tangga untuk mencapai pintu ini, demi menguasai mushalla Marwani, tapi dicegah oleh Yayasan al-Aqsha yang dengan segera merenovasi mushalla dan menjadikannya tempat shalat. Rencana zionis gagal.
14. Pintu Al-Muzdawij ( باب المزدوج)
Pintu Al-Muzdawij: Al-Muzdawij berarti dua. Dinamakan demikian karena pintu tersebut berjumlah dua. Posisinya berada di selatan masjid. Dibangunkan pintu ini sebagai pintu masuk Amir dan Sultan untuk shalat di masjid qibli sebagai imam shalat. Karena pintu ini berhimpitan langsung dengan istana Bani Umayyah yang berada di selatan masjid. Pintu ini sudah ditutup atas perintah Shalahuddin untuk menjaga masjid dan al-Quds dari serangan. Karena pagar masjid al-Aqsha di sebelah selatan juga menjadi pagar kota al-Quds.
15. Pintu Al-Munfarid ( باب المنفرد)
Pintu Al-Munfarid: Tidak banyak literatur sejarah yang menjelaskan tentang pintu ini karena kondisinya yang telah tertutup ketika masa sultan Shalahuddin memenangkan perang salib dan membuka masjid al-Aqsha.
B. Menara-menara di Masjid al-Aqsha
Yang dimaksud dengan Menara Masjid adalah tempat yang dikhususkan untuk melakukan azan (panggilan shalat). Dalam sejarah, pada zaman nabi tidak ada bangunan khusus ini. Yang ada adalah sahabat Bilal bin Rabah ketika menyerukan azan, beliau naik ke tempat yang lebih tinggi supaya suaranya terdengar hingga jauh. Orang yang pertama kali membangun menara masjid dan menjadikannya bagian dari masjid adalah Ziyad bin Ubayyah pada masa Muawiyah di Basrah, Irak tahun 45 H./665 M.
Struktur bangunan menara terdiri dari pondasi, badan menara, balkon, kubah dan juga tangga menuju ke atas. Struktur pondasi kadang-kadang berbentuk persegi empat, silinder atau kerucut. Balkon difungsikan sebagai tempat orang untuk melakukan panggilan azan. Biasanya, menara masjid juga sebagai bagian arsitektur keindahan masjid, yang menandakan sejarah pembangunan masjid tersebut.
Terdapat 4 (empat) menara di masjid al-Aqsha dan sejarah pembangunannya kembali ke zaman Mameluki. Walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa beberapa menara masjid al-Aqsha yang ada sekarang berdiri di atas reruntuhan menara yang lama, yang sejarahnya kembali pada masa Abdul Malik bin Marwan, yaitu zaman Bani Umayyah.
1. Menara Pintu Al-Magharibah
Menara ini dinamakan juga Menara Al-Fakhriyah, karena dibangun oleh al-Qadhi Syarafuddin Abdurrahman bin Ash-Shahib Fakhruddin Al-Khalili pada masa Sultan Malik Sa’id Muhammad Nasiruddin Barkah Khan (676-678 H./1277-1280 M.) dari Kesultanan Mamalik al-Bahriyah. Menara ini dibangun pada tahun 677 H./ 1278 M. dengan bentuk seperti saat ini. Bagian atas pernah hancur akibat gempa bumi tahun 1922 M, kemudian dibangun kembali pada tahun yang sama. Ini adalah menara masjid al-Aqsha yang paling kecil dengan tinggi 23,5 meter dan diameternya 2,5 meter. Struktur bangunannnya berbentuk empat persegi, dan sebagian pondasinya berhimpitan dengan masjid an-Nisa’.
2. Menara Pintu As-Silsilah
Menara ini dinamakan juga Menara Mahkamah karena berdampingan dengan madrasah Tankaziyah yang berubah menjadi gedung mahkamah (peradilan) pada masa kesultanan Turki Utsmani. Dibangun pada masa Mamalik tahun 730 H./1329 M. oleh Amir Saifuddin Tankiz an-Nashiri pada masa Sultan Malik Nashir Muhammad bin Qalawun dari kesultanan ketiga Turki Utsmani (709-741 H./1309-1340 M.) dengan bentuk bangunan seperti saat ini. Direnovasi tahun 1922 M karena pengaruh gempa. Letaknya berada di sebelah barat masjid al-Aqsha, di samping pintu As-Silsilah sisi utara, dan di sebelah selatan madrasah Asyrafiyah (kini madrasah tersebut telah berubah menjadi perpustakaan masjid al-Aqsha).
3. Menara Pintu Al-Ghawanimah
Menara ini berada di timur laut dari masjid al-Aqsha, di sudut pertemuan antara pagar utara dan barat masjid. Nama Al-Ghawanimah diambil dari kampung yang beradai di sekitar pintu tersebut. Dinamakan juga Menara Qalawun dan Menara As-Sarai pada masa Mameluk. Menara ini dibangun pada masa Mamalik tahun 697 H./ 1297 M. oleh al-Qadhi Syafafuddin Abdurrahman bin Ash-Shahib al-Wazir Fakhruddin al-Khalili, yang membangun menara al-Fakhriyah. Kemudian diperbaharui tahun 730 H./ 1329 M. oleh al-Amir Saifuddin at-Tankizi an-Nashiri ketika membangun menara pintu As-Silsilah. Menara ini adalah menara masjid tertinggi di masjid al-Aqsha dengan tinggi 38,5 meter dengan diameter pondasi 5,5 meter dan diameter badan menara 4,5 meter.
4. Menara Pintu Al-Asbat
Menara ini berada diantara pintu Al-Asbat dan pintu Hittah, di sebelah utara masjid al-Aqsha. Ini adalah satu-satunya menara masjid di utara masjid al-Aqsha. Dibangun pada masa Mameluk tahun 769 H./ 1376 M. oleh Al-Amir Saifuddin, pengawas dua kota suci (al-Quds dan al-Khalil) ketika Sultan Malik Asyraf Sya’ban bin Hasan bin Sultan Malik Nasir bin Muhammad bin Qalawun memerintah. Informasi tersebut terukir di menara. Pada tahun 1927 M terjadi gempa yang membuat bagian atas menara hancur. Kemudian direnovasi pada tahun yang sama oleh Dewan Tinggi Islam dengan merubah bentuk asli. Sekarang berbentuk tabung silinder dan menjadi satu-satunya menara dengan bentuk seperti itu. Sebelum terjadi gempa, konon menaranya berbentuk segi empat. Tinggi menara mencapai 28,5 meter dengan panjang pondasi 4,5 meter dan diameter tabung silindernya 3 meter.
C. Tempat Shalat (Masjid/Mushalla) di Masjid al-Aqsha
Keseluruhan tempat yang berada di dalam pagar masjid dinamakan masjid Al-Aqsha, walaupun tempat tersebut tidak beratap. Karena tidak semua kawasan masjid Al-Aqsha itu beratap. Setiap orang yang shalat di sudut-sudut masjid Al-Aqsha tetap mendapatkan pahala lebih banyak dibanding tempat lain.
Di dalam masjid Al-Aqsha terdapat beberapa tempat shalat yang beratap. Berikut gambar dan posisi tempat tersebut:
1. Masjid Al-Qibli
Masjid Al-Qibli atau disebut dengan Al-Jami’ Al-Qibli. Orang mengenalnya dengan sebutan masjid al-Aqsha, padahal sebutan itu tidak tepat karena ia merupakan salah satu bagian dari masjid al-Aqsha yang terdiri dari tanah dan bangunan. Berada di sebelah selatan masjid al-Aqsha (arah kiblat). Karena posisinya arah kiblat, maka dinamakan dengan Al-Qibli. Masjid al-Qibli didirikan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Bani Umayyah dan disempurnakan pada masa anaknya Al-Walid bin Abdul Malik antara tahun 86-96 H./705-714 M. Ketika dibangun pertama kali, masjid ini mempunyai 15 ruwak (lorong), kemudian diperbaharui setelah terjadi gempa pada masa dinasti Fathimiyah oleh Az-Zahir li I‘zazi Dinillah menjadi 7 ruwak, seperti sekarang ini.
Sejarah awalnya, ketika Khalifah Umar bin Khathab datang ke al-Quds untuk membebaskan Baitul Maqdis tahun 15 H./636 M. beliau bertanya kepada Ka’bu Al-Ahbar tentang tempat yang baik untuk mendirikan tempat shalat? Ka’bu Al-Ahbar menjawab: Menghadap ke ash-Shakhrah, sehingga dapat menghimpun kiblat Nabi Musa dan Nabi Muhammad. Tapi Umar menolak usul ini dan lebih memilih tempat yang sekarang dibangun masjid Al-Qibli. Kemudian Umar membangun masjid yang dikenal dengan Jami’ Umar (Masjid Umar).
Bahan bangunan masjid terdiri dari kayu dan batang pohon sebagaimana Masjid Nabawi dahulu. Ketika itu dapat menampung 1000 jama’ah. Kemudian diperbaharui dan diperluas oleh Khalifah Mu’awiyah bin Sufyan sehingga dapat menampung 3000 jama’ah. Ketika tentara salib menguasai al-Quds, mereka membagi masjid al-Qibli menjadi tiga bagian: Pertama, dijadikan sebagai kantor komando pimpinan tentara salib. Kedua, masjid al-Qibli dijadikan tempat tinggal pasukan berkuda dan ketiga, dijadikan gereja. Ketika Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan al-Quds pada tahun 583 H./1187 M., beliau mengembalikan fungsi masjid al-Qibli sebagaimana sebelumnya.
Masjid al-Qibli sering direnovasi pada beberapa masa pemerintahan Islam, diantaranya pada masa Mameluk, masa Utsmami dan ketika awal penjajahan Inggris atas tanah Palestina. Terdiri dari satu ruwak besar di tengah dan tiga ruwak masing-masing di sisi kanan dan kirinya. Masjid al-Qibli memiliki satu kubah besar yang terbuat dari kayu di sisi dalamnya dan dilapisi timah di sisi luarnya, dengan tinggi 17 meter. Panjang masjid ini mencapai 80 meter dan lebarnya 55 meter. Luasnya mencapai 4000 meter persegi. Di dalamnya terdapat 11 pintu masuk dan pada saat ini dapat menampung 5500 jama’ah.
2. Masjid Kubah ash-Shakhrah
Masjid Kubah ash-Shakhrah adalah salah satu situs bangunan Islam terkenal di dunia. Dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H./685-705 M.). Pembangunannya dimulai pada tahun 66 H./685 M. selesai pada tahun 72 H./691 M. Pembangunan ini dikepalai oleh dua orang arsitek pada masa tersebut: Roja’ bin Hiwah al-Kanadi, seorang tabi’in yang berasal dari kota Bisan-Palestina dan Yazid bin Salam, anak asuh Abdul Malik bin Marwan, seorang arsitek bangunan dari tanah al-Quds.
Bangunan persegi delapan ini di antara bangunan yang paling bagus. Berada di tengah-tengah jantung masjid al-Aqsha. Di tengah bangunan ini terdapat ash-Shakhrah al-Musyarrafah (batu yang dimuliakan). Posisi ash-Shakhrah berada di ketinggian 1,5 meter dari tanah dan bentuknya tidak beraturan.
3. Mushalla Al-Marwani
Mushalla Al-Marwani: Berada di sebelah tenggara masjid al-Aqsha. Dibangun pada masa Umawiyah dengan tujuan agar halaman sisi selatan dan utara masjid al-Aqsha sama rata. Oleh karenanya, dulu bangunan ini dikenal dengan nama “Taswiyah Syarqiyah” (Pemerataan Tanah Bagian Timur). Bangunan besar ini mempunyai luas lebih dari 4000 m². Mushalla ini terdiri dari 16 ruwak (lorong). Ini merupakan tempat shalat beratap terbesar yang ada di masjid al-Aqsha.
Tentara salib menjadikan mushalla ini sebagai kandang kuda hingga Shalahuddin membebaskannya. Ketika Shalahuddin membebaskannya, beliau mengembalikan peran bangunan ini ke aslinya, yaitu sebagai tempat pemerataan antara sisi utara dan selatan masjid al-Aqsha dan sebagai tempat penyimpanan (gudang) hingga zionis menjajah kawasan masjid al-Aqsha.
4. Masjid Al-Aqsha Al-Qadim
Masjid Al-Aqsha Al-Qadim: Biasa disebut masjid Al-Qadim. Merupakan bangunan kuno tepat di sebelah selatan masjid al-Aqsha dan di bawah masjid Al-Qibli.
Masjid ini dibangun pada masa Umawiyah, terdiri dari dua ruwak (lorong). Lorong ini mengarah ke pintu Al-Muzdawij, pintu di selatan masjid al-Aqsha yang sudah ditutup. Dari pintu Al-Muzdawij ini bisa langsung ke istana Umawiyah di selatan masjid.
Tujuan pembangunan masjid Al-Qadim adalah untuk meratakan sisi selatan halaman al-Aqsha agar sama rata dengan sisi utara. Selama berabad-abad, masjid Al-Qadim tidak terurus dan banyak debu serta batu hingga dibuka kembali pada tahun 1420 H./1999 M oleh Yayasan al-Aqsha untuk pembangunan kota suci. Masjid ini dapat menampung 1000 jama’ah shalat di dalamnya.
5. Masjid Al-Buraq
Masjid Al-Buraq: Masjid ini terletak di barat daya masjid al-Aqsha dan berada di bawah pintu Al-Magharibah. Untuk memasukinya melalui tangga turun dari ruwak gharbi (lorong barat). Terdapat 38 anak tangga menuju ke bawah. Masjid ini terbuka pada hari Jum’at untuk ziarah. Dinamakan Al-Buraq, karena tempat tersebut diyakini adalah tempat Nabi Muhammad meletakkan kendaraannya Buraq pada malam isra’ dan mi’raj. Di dalamnya terdapat ‘halqah’ (lingkaran besi) Utsmaniyah, yang disebutkan disinilah letak Nabi mengikatkan kendaraannya pada malam tersebut.
Di sisi barat masjid, dulunya terdapat pintu yang dinamakan pintu Al-Buraq. Pintu ini sudah ditutup setelah masa Umawiyah. Pintu ini bisa langsung mengakses ke halaman buraq yang berada di luar masjid al-Aqsha.
6. Masjid Al-Magharibah
Masjid Al-Magharibah: Berada di sudut barat daya masjid al-Aqsha atau sebelah selatan dinding Al-Buraq. Masjid ini mempunyai dua pintu: sebelah utara (sekarang tertutup) dan sebelah timur (terbuka). Masjid ini dibangun oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 590 H./1193 M. ketika itu dipakai sebagai tempat shalat mazhab Imam Malik. Saat ini, masjid Al-Magharibah dipakai sebagai ruangan utama museum Islam. Museum ini difungsikan sejak tahun 1929 M., yang merupakan perpindahan dari Rabat pada masa al-Manshury ke masjid ini.
7. Masjid An-Nisa’
Masjid An-Nisa’: Berada di dalam masjid al-Aqsha. Merupakan bangunan besar di sisi barat masjid Al-Qibli, terbentang hingga dinding barat masjid al-Aqsha. Ada yang mengatakan, dibangun pada masa tentara salib menguasai masjid al-Aqsha untuk dijadikan gereja di dalam masjid. Kemudian datang Shalahuddin dan membersihkan tempat tersebut serta menjadikannya tempat shalat untuk perempuan.
Saat ini masjid An-Nisa’ dibagi menjadi tiga bagian: pertama, untuk tambahan bangunan museum yang berada di paling barat masjid, kedua untuk perpustakaan umum yang berada di tengah, dan ketiga untuk gudang (menempel di dinding masjid Al-Qibli).
Ditulis oleh Ustadz Salman Al-Farisy
Disarikan dari buku “Ensiklopedia Mini Masjid Al-Aqsha” ASPAC for Palestine.
Sebagai contoh, saat ini sudah tidak ada lagi keberadaan perkampungan orang-orang maroko (morocco distric) yang bertempat di sebelah barat dinding buraq, masjid al-Aqsha. Tahun 1967, kawasan ini digusur dengan boldoser dan diganti dengan tempat ibadah yahudi yang dinamakan ‘dinding ratapan’ dan rumah tempat tinggal mereka.
Pengenalan landmark masjid Al-Aqsha diharapkan dapat mengenalkan seni keindahan dan menjelaskan bukti-bukti sejarah yang terdapat di dalam kawasan masjid al-Aqsha tersebut, semoga pemahaman yang baik dan benar tentang landmark masjid al aqsha mampu menjadi sebuah khazanah keilmuan tersendiri dan menjadi benteng pertahanan terhadap perusakan serta pemutar balikan fakta sejarah.
Letak dan batasan yang disebut dengan masjid Al-aqsha yaitu sebuah nama kawasan untuk keseluruhan tempat yang dikelilingi pagar di dalam masjid. Di sekelilingnya terdapat beberapa pintu masuk, di dalamnya ada halaman yang luas, Masjid Qibli, Qubbatus Shakhrah, mushalla Marwani, ruwaq (lorong), kubah, mashthabah (gundukan tanah sebagai tempat untuk menuntut ilmu), saluran air dan lainnya. Di sisinya terdapat beberapa menara Masjid. Tidak keseluruhan kawasan al-Aqsha beratap kecuali beberapa bangunan. Inilah yang disebut masjid al-Aqsha. Kita akan melihat dan membahas situs-situs yang ada di masjid al-Aqsha, dan dimulai dari pintu-pintu masjid al-Aqsha.
A. Pintu-Pintu Masjid al-Aqsha ((أبواب المسجد
Pintu di masjid al-Aqsha bentuknya adalah gerbang untuk memasukinya. Beberapa pintu berada di pagar kota al-Quds dan pintu lainnya berada di pagar masjid al-Aqsha. Masjid al-Aqsha yang mempunyai luas 14,4 hektar tentu tidak hanya ada satu atau dua pintu untuk memasukinya. Disana terdapat sepuluh pintu masuk yang sampai saat ini masih terbuka. Pintu-pintu ini terdapat di sebelah utara dan barat masjid. Ada empat pintu lainnya sudah tertutup dinding karena alasan keamanan. Pintu yang tertutup ini merupakan pintu pagar yang berbatasan langsung dengan kota suci al-Quds. Pintu-pintu ini terdapat di sebelah timur dan selatan masjid. Berikut nama-nama pintu yang terdapat di masjid al-Aqsha dan sejarah pembangunannya
1. Pintu Al-Asbat (Al-Asbat Gate/باب الأسباط )
Pintu ini terletak di sebelah utara paling kiri masjid al-Aqsha. Diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 610 H./1213 M. ketika ada renovasi lorong utara dan diperbaharui juga pada masa-masa selanjutnya. Pada pojok pintu bagian dalam terdapat tangga yang terkoneksi langsung ke lorong utara, sedangkan pintu bagian luar masjid berbentuk persegi panjang melengkung yang runcing dengan lebar sekitar 2 meter dan mempunyai tinggi 4 meter. Pintu masuk ini mempunyai dua daun pintu yang terbuat dari kayu. Dilihat dari jenis kayu, daun pintu ini dibuat pada masa kini.
2. Pintu Hittah (Remission Gate/ باب حطة)
Pintu ini berada diantara pintu kuno masjid yang terletak di sebelah utara, di lorong utara. Posisinya diantara madrasah al-Karimiyah dan madrasah at-Turbah al-Auhadiyah. Diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 617 H./1220 M. ketika al-Malik al-Mu’adzam Isa berkuasa.
3. Pintu Al-Atam ( King Faisal’s Gate( باب العتم /
Pintu ini berada diantara pintu Hittah dan pintu Ghawanimah di sebelah utara masjid al-Aqsha. Orang-orang Bait al-Maqdis menamainya dengan Al-Atam, yang berarti gelap. Ada beberapa nama lain dari pintu ini, diantaranya pintu Raja Faisal, dinisbatkan kepada raja Faisal bin Husain, raja Syiria yang datang ke masjid al-Aqsha pada tahun 1930 M. melalui pintu ini. Nama lainnya adalah pintu ad-Duwaidariyah, karena disampingnya terdapat madrasah ad-Duwaidariyah dan pintu ini dinisbatkan kepadanya. Juga disebut pintu Syaraf al-Anbiya.
Pintu ini diperbaharui pada masa pemerintahan al-Malik al-Mu’adzam bin al-Malik al-Adil Abu Bakar bin Ayyub dari kesultanan Ayyubiyah pada tahun 610 H./1213 M. Perbaikan ini dilakukan ketika renovasi lorong utara.
4. Pintu Al-Gawanimah (Gate of The Bani Ghanim/ ( باب الغوانمة
Pintu Al-Ghawanimah: Ini adalah pintu pertama pada ruwak gharbi (lorong barat). Posisinya berada di sebelah timur laut dari masjid al-Aqsha. Didirikan pada masa Umawiyah, dan pintu ini juga dikenal dengan sebutan pintu al-Walid, dinisbatkan kepada al-Walid bin Abdul Malik. Diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 707 H./1307 M. ketika mulai dibangun lorong barat. Pintu ini agak kecil, bentuknya persegi panjang. Antara lebar dan tinggi pintu sangat berbeda. Pintu masuknya terbuat dari kayu dan terdapat satu daun pintu untuk mengatur keluar masuk orang. Untuk memasuki pintu ini dengan menaiki delapan anak tangga. Diatasnya terdapat rumah penduduk. Pintu ini pernah dibakar oleh pemukim yahudi tahun 1998, kemudian sudah diperbaiki.
5. Pintu An-Nazir (Al-Nazir Gate/ باب الناظر)
Pintu An-Nazir: Diantara nama lain dari pintu ini adalah pintu al-Habs, yang artinya penjara. Dinamakan dengan pintu al-Habs karena dekat dengan penjara pada masa kesultanan Turki. Nama lainnya adalah pintu al-Majlis. Pintu ini terletak di sebelah barat masjid al-Aqsha. Telah diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah pada tahun 600 H./1203 M.
6. Pintu Al-Hadid )Iron Gate(باب الحديد /
Pintu Al-Hadid: Posisi pintu ini berada di sebelah barat masjid al-Aqsha. Pintu ini adalah salah satu dari beberapa pintu yang merupakan cabang dari jalan bab al-‘Amud, salah satu jalan masuk benteng al-Quds. Dinamakan juga pintu Argun karena diperbaharui pada masa Amir Argun yang wafat tahun 758 H./1356 M. Argun dalam bahasa arab berarti al-Hadid (Besi). Jauh di atas pintu terdapat ruangan yang pernah difungsikan pada masa Mamalik. Ditengah-tengahnya terdapat jendela persegi empat yang dikelilingi batu dengan ornament melengkung berbentuk zig zag. List jendela tersebut dengan batu warna merah dan putih.
7. Pintu Al-Qatanin (Gate of the Cotton Merchants/ باب القطانين)
Pintu Al-Qatanin: Berada di sebelah barat dari masjid al-Aqsha. Diantara pintu masjid yang paling utama dan paling besar, sejajar dengan pasar Qathanin. Ketika Sultan Mameluk Muhammad Qalawun berkuasa, ia memerintahkan gubernurnya al-Amir Saifuddin an-Nashiri untuk merenovasi pintu ini pada tahun 737 H./1333 M.
8. Pintu Al-Mitharah (Ablution Gate/ باب المطهرة )
Pintu Al-Mitharah: Berada di sebelah barat masjid al-Aqsha, yang mengarah langsung ke tempat wudhu. Oleh karenanya dinamakan pintu al-Mitharah yang artinya pembersihan. Pintu ini termasuk pintu lama sebagaimana pintu-pintu lainnya. Diperbaharui pada masa pemerintahan Mamalik tahun 665 H./1266 M. oleh al-Amir Adaghidi, atau tahun 666 H./1267 M oleh al-Amir Alauddin al-Bashiri.
9. Pintu As-Silsilah (Chain Gate/ باب السلسلة)
Pintu As-Silsilah: Berada di sebelah barat masjid al-Aqsha, yang beririsan dengan lorong barat. Sebagian orang mengatakan pintu ini ada dua, bukan satu. Pintu pertama dinamakan As-Silsilah (rantai) karena diyakini dulunya terdapat rantai yang tergantung di pintu. Pintu kedua dinamakan As-Sakinah. Pintu kedua ditutup, dibuka hanya dalam kondisi darurat. Pintu yang selalu dibuka adalah pintu As-Silsilah. Pintu gerbang ini diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 600 H./1266 M. ketika al-Malik al-Adil Saifuddin Abu Bakar memerintah. Bagian atas pintu As-Silsilah tertutup kubah. Kubah ini berdiri di atas dinding-dinding pintu. Dekorasi kubah sangat indah karena berbentuk persegi delapan. Bagian atas pintu terdapat bangunan berupa ruangan, yang sejarah pembangunannya kembali ke zaman Mameluk dan Kesultanan Turki Utsmani.
10. Pintu Al-Magharibah (Marocco Gate/ باب المغاربة)
Pintu Al-Magharibah: Pintu ini juga dikenal dengan sebutan pintu An-Nabi atau pintu Al-Buraq. Karena diyakini, melalui pintu ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam masjid al-Aqsha ketika malam isra’. Sedangkan dinamakan dengan pintu Al-Magharibah, karena pintu ini mempunyai akses langsung ke perkampungan orang-orang Maroko (Morocco distric). Kampung ini sudah digusur dan digantikan dengan perkampungan yahudi. Diperbaharui pada masa Kesultanan Mameluk tahun 737 H./1336 M. ketika Sultan Nasir Muhammad Qalawun berkuasa. Dari arah luar masjid, pintu ini berbentuk melengkung diatasnya. Dari arah dalam masjid, pintu ini berbentuk persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar, 2:3. Terbuat dari kayu dengan satu daun pintu. Pintu ini beratapkan dua kubah. Di sebelah utara pintu ini terdapat masjid kecil yang dinamakan masjid Al-Buraq. Masjid ini dibangun pada masa Mameluk pada tahun 707-737 H. Masjid ini berbentuk persegi empat dengan ketinggian mencapai 3 meter.
11. Pintu Al-Janaiz ( باب الجنائز)
Pintu Al-Janaiz: Pintu ini berada di sebelah timur masjid al-Aqsha. Pagar masjid sebelah timur juga merupakan pagar (benteng) kota al-Quds. Di pagar ini hanya ada dua pintu, yaitu pintu Al-Janaiz dan pintu Ar-Rahmah. Pintu Al-Janaiz khusus digunakan untuk membawa janazah dari masjid ke makam rahmah, di samping masjid. Ditutup pada masa Sultan Shalahuddin untuk menjaga masjid dan al-Quds dari berbagai serangan.
12. Pintu Ar-Rahmahdan At-Taubah (Az-Zahabi/ Golden Gate والتوبة باب الرحمة)
Pintu Ar-Rahmah: Pintu kedua di sebelah timur masjid al-Aqsha. Terdiri dari dua pintu masuk, yang dinamakan dengan Ar-Rahmah dan at-Taubah. Pintu Ar-Rahmah berada di sebelah selatan dan pintu At-Taubah berada di utara masjid al-Aqsha. Dulu pintu ini terbuka hingga datangnya perang salib. Tentara salib menjadikan pintu ini sebagai pintu masuk untuk menyerang masjid al-Aqsha dan kota al-Quds. Kemudian pintu ini ditutup pada masa Sultan Shalahuddin untuk menjaga masjid dan al-Quds dari berbagai serangan. Di dalam pintu ini Shalahuddin menuliskan salah satu potongan ayat al-Qur’an surat al-Hadid: 13
“Pada hari orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman: Tunggulah kami! Kami ingin mengambil cahayamu. Kepada mereka dikatakan: Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu). Lalu diantara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab”.
Adapun orang-orang Yahudi dan Nashrani menyebut pintu ini dengan sebutan pintu Az-Zahabi (emas) dan meyakini bahwa Isa bin Maryam akan datang melewati pintu ini pada akhir zaman, sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
13. Pintu Ats-Tsulasi ( باب الثلاثى)
Pintu Ats-Tsulasi: Berada di selatan masjid, dan menjadi pintu masuk ke mushalla Marwani. Ditutup atas perintah Sultan Shalahuddin untuk menjaga masjid dan al-Quds dari serangan. Tahun 1990-an, penjajah zionis membangunkan tangga untuk mencapai pintu ini, demi menguasai mushalla Marwani, tapi dicegah oleh Yayasan al-Aqsha yang dengan segera merenovasi mushalla dan menjadikannya tempat shalat. Rencana zionis gagal.
14. Pintu Al-Muzdawij ( باب المزدوج)
Pintu Al-Muzdawij: Al-Muzdawij berarti dua. Dinamakan demikian karena pintu tersebut berjumlah dua. Posisinya berada di selatan masjid. Dibangunkan pintu ini sebagai pintu masuk Amir dan Sultan untuk shalat di masjid qibli sebagai imam shalat. Karena pintu ini berhimpitan langsung dengan istana Bani Umayyah yang berada di selatan masjid. Pintu ini sudah ditutup atas perintah Shalahuddin untuk menjaga masjid dan al-Quds dari serangan. Karena pagar masjid al-Aqsha di sebelah selatan juga menjadi pagar kota al-Quds.
15. Pintu Al-Munfarid ( باب المنفرد)
Pintu Al-Munfarid: Tidak banyak literatur sejarah yang menjelaskan tentang pintu ini karena kondisinya yang telah tertutup ketika masa sultan Shalahuddin memenangkan perang salib dan membuka masjid al-Aqsha.
B. Menara-menara di Masjid al-Aqsha
Yang dimaksud dengan Menara Masjid adalah tempat yang dikhususkan untuk melakukan azan (panggilan shalat). Dalam sejarah, pada zaman nabi tidak ada bangunan khusus ini. Yang ada adalah sahabat Bilal bin Rabah ketika menyerukan azan, beliau naik ke tempat yang lebih tinggi supaya suaranya terdengar hingga jauh. Orang yang pertama kali membangun menara masjid dan menjadikannya bagian dari masjid adalah Ziyad bin Ubayyah pada masa Muawiyah di Basrah, Irak tahun 45 H./665 M.
Struktur bangunan menara terdiri dari pondasi, badan menara, balkon, kubah dan juga tangga menuju ke atas. Struktur pondasi kadang-kadang berbentuk persegi empat, silinder atau kerucut. Balkon difungsikan sebagai tempat orang untuk melakukan panggilan azan. Biasanya, menara masjid juga sebagai bagian arsitektur keindahan masjid, yang menandakan sejarah pembangunan masjid tersebut.
Terdapat 4 (empat) menara di masjid al-Aqsha dan sejarah pembangunannya kembali ke zaman Mameluki. Walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa beberapa menara masjid al-Aqsha yang ada sekarang berdiri di atas reruntuhan menara yang lama, yang sejarahnya kembali pada masa Abdul Malik bin Marwan, yaitu zaman Bani Umayyah.
1. Menara Pintu Al-Magharibah
Menara ini dinamakan juga Menara Al-Fakhriyah, karena dibangun oleh al-Qadhi Syarafuddin Abdurrahman bin Ash-Shahib Fakhruddin Al-Khalili pada masa Sultan Malik Sa’id Muhammad Nasiruddin Barkah Khan (676-678 H./1277-1280 M.) dari Kesultanan Mamalik al-Bahriyah. Menara ini dibangun pada tahun 677 H./ 1278 M. dengan bentuk seperti saat ini. Bagian atas pernah hancur akibat gempa bumi tahun 1922 M, kemudian dibangun kembali pada tahun yang sama. Ini adalah menara masjid al-Aqsha yang paling kecil dengan tinggi 23,5 meter dan diameternya 2,5 meter. Struktur bangunannnya berbentuk empat persegi, dan sebagian pondasinya berhimpitan dengan masjid an-Nisa’.
2. Menara Pintu As-Silsilah
Menara ini dinamakan juga Menara Mahkamah karena berdampingan dengan madrasah Tankaziyah yang berubah menjadi gedung mahkamah (peradilan) pada masa kesultanan Turki Utsmani. Dibangun pada masa Mamalik tahun 730 H./1329 M. oleh Amir Saifuddin Tankiz an-Nashiri pada masa Sultan Malik Nashir Muhammad bin Qalawun dari kesultanan ketiga Turki Utsmani (709-741 H./1309-1340 M.) dengan bentuk bangunan seperti saat ini. Direnovasi tahun 1922 M karena pengaruh gempa. Letaknya berada di sebelah barat masjid al-Aqsha, di samping pintu As-Silsilah sisi utara, dan di sebelah selatan madrasah Asyrafiyah (kini madrasah tersebut telah berubah menjadi perpustakaan masjid al-Aqsha).
3. Menara Pintu Al-Ghawanimah
Menara ini berada di timur laut dari masjid al-Aqsha, di sudut pertemuan antara pagar utara dan barat masjid. Nama Al-Ghawanimah diambil dari kampung yang beradai di sekitar pintu tersebut. Dinamakan juga Menara Qalawun dan Menara As-Sarai pada masa Mameluk. Menara ini dibangun pada masa Mamalik tahun 697 H./ 1297 M. oleh al-Qadhi Syafafuddin Abdurrahman bin Ash-Shahib al-Wazir Fakhruddin al-Khalili, yang membangun menara al-Fakhriyah. Kemudian diperbaharui tahun 730 H./ 1329 M. oleh al-Amir Saifuddin at-Tankizi an-Nashiri ketika membangun menara pintu As-Silsilah. Menara ini adalah menara masjid tertinggi di masjid al-Aqsha dengan tinggi 38,5 meter dengan diameter pondasi 5,5 meter dan diameter badan menara 4,5 meter.
4. Menara Pintu Al-Asbat
Menara ini berada diantara pintu Al-Asbat dan pintu Hittah, di sebelah utara masjid al-Aqsha. Ini adalah satu-satunya menara masjid di utara masjid al-Aqsha. Dibangun pada masa Mameluk tahun 769 H./ 1376 M. oleh Al-Amir Saifuddin, pengawas dua kota suci (al-Quds dan al-Khalil) ketika Sultan Malik Asyraf Sya’ban bin Hasan bin Sultan Malik Nasir bin Muhammad bin Qalawun memerintah. Informasi tersebut terukir di menara. Pada tahun 1927 M terjadi gempa yang membuat bagian atas menara hancur. Kemudian direnovasi pada tahun yang sama oleh Dewan Tinggi Islam dengan merubah bentuk asli. Sekarang berbentuk tabung silinder dan menjadi satu-satunya menara dengan bentuk seperti itu. Sebelum terjadi gempa, konon menaranya berbentuk segi empat. Tinggi menara mencapai 28,5 meter dengan panjang pondasi 4,5 meter dan diameter tabung silindernya 3 meter.
C. Tempat Shalat (Masjid/Mushalla) di Masjid al-Aqsha
Keseluruhan tempat yang berada di dalam pagar masjid dinamakan masjid Al-Aqsha, walaupun tempat tersebut tidak beratap. Karena tidak semua kawasan masjid Al-Aqsha itu beratap. Setiap orang yang shalat di sudut-sudut masjid Al-Aqsha tetap mendapatkan pahala lebih banyak dibanding tempat lain.
Di dalam masjid Al-Aqsha terdapat beberapa tempat shalat yang beratap. Berikut gambar dan posisi tempat tersebut:
1. Masjid Al-Qibli
Masjid Al-Qibli atau disebut dengan Al-Jami’ Al-Qibli. Orang mengenalnya dengan sebutan masjid al-Aqsha, padahal sebutan itu tidak tepat karena ia merupakan salah satu bagian dari masjid al-Aqsha yang terdiri dari tanah dan bangunan. Berada di sebelah selatan masjid al-Aqsha (arah kiblat). Karena posisinya arah kiblat, maka dinamakan dengan Al-Qibli. Masjid al-Qibli didirikan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Bani Umayyah dan disempurnakan pada masa anaknya Al-Walid bin Abdul Malik antara tahun 86-96 H./705-714 M. Ketika dibangun pertama kali, masjid ini mempunyai 15 ruwak (lorong), kemudian diperbaharui setelah terjadi gempa pada masa dinasti Fathimiyah oleh Az-Zahir li I‘zazi Dinillah menjadi 7 ruwak, seperti sekarang ini.
Sejarah awalnya, ketika Khalifah Umar bin Khathab datang ke al-Quds untuk membebaskan Baitul Maqdis tahun 15 H./636 M. beliau bertanya kepada Ka’bu Al-Ahbar tentang tempat yang baik untuk mendirikan tempat shalat? Ka’bu Al-Ahbar menjawab: Menghadap ke ash-Shakhrah, sehingga dapat menghimpun kiblat Nabi Musa dan Nabi Muhammad. Tapi Umar menolak usul ini dan lebih memilih tempat yang sekarang dibangun masjid Al-Qibli. Kemudian Umar membangun masjid yang dikenal dengan Jami’ Umar (Masjid Umar).
Bahan bangunan masjid terdiri dari kayu dan batang pohon sebagaimana Masjid Nabawi dahulu. Ketika itu dapat menampung 1000 jama’ah. Kemudian diperbaharui dan diperluas oleh Khalifah Mu’awiyah bin Sufyan sehingga dapat menampung 3000 jama’ah. Ketika tentara salib menguasai al-Quds, mereka membagi masjid al-Qibli menjadi tiga bagian: Pertama, dijadikan sebagai kantor komando pimpinan tentara salib. Kedua, masjid al-Qibli dijadikan tempat tinggal pasukan berkuda dan ketiga, dijadikan gereja. Ketika Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan al-Quds pada tahun 583 H./1187 M., beliau mengembalikan fungsi masjid al-Qibli sebagaimana sebelumnya.
Masjid al-Qibli sering direnovasi pada beberapa masa pemerintahan Islam, diantaranya pada masa Mameluk, masa Utsmami dan ketika awal penjajahan Inggris atas tanah Palestina. Terdiri dari satu ruwak besar di tengah dan tiga ruwak masing-masing di sisi kanan dan kirinya. Masjid al-Qibli memiliki satu kubah besar yang terbuat dari kayu di sisi dalamnya dan dilapisi timah di sisi luarnya, dengan tinggi 17 meter. Panjang masjid ini mencapai 80 meter dan lebarnya 55 meter. Luasnya mencapai 4000 meter persegi. Di dalamnya terdapat 11 pintu masuk dan pada saat ini dapat menampung 5500 jama’ah.
2. Masjid Kubah ash-Shakhrah
Masjid Kubah ash-Shakhrah adalah salah satu situs bangunan Islam terkenal di dunia. Dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H./685-705 M.). Pembangunannya dimulai pada tahun 66 H./685 M. selesai pada tahun 72 H./691 M. Pembangunan ini dikepalai oleh dua orang arsitek pada masa tersebut: Roja’ bin Hiwah al-Kanadi, seorang tabi’in yang berasal dari kota Bisan-Palestina dan Yazid bin Salam, anak asuh Abdul Malik bin Marwan, seorang arsitek bangunan dari tanah al-Quds.
Bangunan persegi delapan ini di antara bangunan yang paling bagus. Berada di tengah-tengah jantung masjid al-Aqsha. Di tengah bangunan ini terdapat ash-Shakhrah al-Musyarrafah (batu yang dimuliakan). Posisi ash-Shakhrah berada di ketinggian 1,5 meter dari tanah dan bentuknya tidak beraturan.
3. Mushalla Al-Marwani
Mushalla Al-Marwani: Berada di sebelah tenggara masjid al-Aqsha. Dibangun pada masa Umawiyah dengan tujuan agar halaman sisi selatan dan utara masjid al-Aqsha sama rata. Oleh karenanya, dulu bangunan ini dikenal dengan nama “Taswiyah Syarqiyah” (Pemerataan Tanah Bagian Timur). Bangunan besar ini mempunyai luas lebih dari 4000 m². Mushalla ini terdiri dari 16 ruwak (lorong). Ini merupakan tempat shalat beratap terbesar yang ada di masjid al-Aqsha.
Tentara salib menjadikan mushalla ini sebagai kandang kuda hingga Shalahuddin membebaskannya. Ketika Shalahuddin membebaskannya, beliau mengembalikan peran bangunan ini ke aslinya, yaitu sebagai tempat pemerataan antara sisi utara dan selatan masjid al-Aqsha dan sebagai tempat penyimpanan (gudang) hingga zionis menjajah kawasan masjid al-Aqsha.
4. Masjid Al-Aqsha Al-Qadim
Masjid Al-Aqsha Al-Qadim: Biasa disebut masjid Al-Qadim. Merupakan bangunan kuno tepat di sebelah selatan masjid al-Aqsha dan di bawah masjid Al-Qibli.
Masjid ini dibangun pada masa Umawiyah, terdiri dari dua ruwak (lorong). Lorong ini mengarah ke pintu Al-Muzdawij, pintu di selatan masjid al-Aqsha yang sudah ditutup. Dari pintu Al-Muzdawij ini bisa langsung ke istana Umawiyah di selatan masjid.
Tujuan pembangunan masjid Al-Qadim adalah untuk meratakan sisi selatan halaman al-Aqsha agar sama rata dengan sisi utara. Selama berabad-abad, masjid Al-Qadim tidak terurus dan banyak debu serta batu hingga dibuka kembali pada tahun 1420 H./1999 M oleh Yayasan al-Aqsha untuk pembangunan kota suci. Masjid ini dapat menampung 1000 jama’ah shalat di dalamnya.
5. Masjid Al-Buraq
Masjid Al-Buraq: Masjid ini terletak di barat daya masjid al-Aqsha dan berada di bawah pintu Al-Magharibah. Untuk memasukinya melalui tangga turun dari ruwak gharbi (lorong barat). Terdapat 38 anak tangga menuju ke bawah. Masjid ini terbuka pada hari Jum’at untuk ziarah. Dinamakan Al-Buraq, karena tempat tersebut diyakini adalah tempat Nabi Muhammad meletakkan kendaraannya Buraq pada malam isra’ dan mi’raj. Di dalamnya terdapat ‘halqah’ (lingkaran besi) Utsmaniyah, yang disebutkan disinilah letak Nabi mengikatkan kendaraannya pada malam tersebut.
Di sisi barat masjid, dulunya terdapat pintu yang dinamakan pintu Al-Buraq. Pintu ini sudah ditutup setelah masa Umawiyah. Pintu ini bisa langsung mengakses ke halaman buraq yang berada di luar masjid al-Aqsha.
6. Masjid Al-Magharibah
Masjid Al-Magharibah: Berada di sudut barat daya masjid al-Aqsha atau sebelah selatan dinding Al-Buraq. Masjid ini mempunyai dua pintu: sebelah utara (sekarang tertutup) dan sebelah timur (terbuka). Masjid ini dibangun oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 590 H./1193 M. ketika itu dipakai sebagai tempat shalat mazhab Imam Malik. Saat ini, masjid Al-Magharibah dipakai sebagai ruangan utama museum Islam. Museum ini difungsikan sejak tahun 1929 M., yang merupakan perpindahan dari Rabat pada masa al-Manshury ke masjid ini.
7. Masjid An-Nisa’
Masjid An-Nisa’: Berada di dalam masjid al-Aqsha. Merupakan bangunan besar di sisi barat masjid Al-Qibli, terbentang hingga dinding barat masjid al-Aqsha. Ada yang mengatakan, dibangun pada masa tentara salib menguasai masjid al-Aqsha untuk dijadikan gereja di dalam masjid. Kemudian datang Shalahuddin dan membersihkan tempat tersebut serta menjadikannya tempat shalat untuk perempuan.
Saat ini masjid An-Nisa’ dibagi menjadi tiga bagian: pertama, untuk tambahan bangunan museum yang berada di paling barat masjid, kedua untuk perpustakaan umum yang berada di tengah, dan ketiga untuk gudang (menempel di dinding masjid Al-Qibli).
Ditulis oleh Ustadz Salman Al-Farisy
Disarikan dari buku “Ensiklopedia Mini Masjid Al-Aqsha” ASPAC for Palestine.
0 komentar :
Posting Komentar