Pilihannya Hanya 2, Prabowo Menang atau Pemilihan Ulang
Mahkamah Konstitusi (MK) akan mengumumkan hasil gugatan pilpres Kamis besok, 21 Agustus 2014.
Kuasa Hukum Merah Putih, Maqdir Ismail, menyatakan percaya bahwa MK merupakan lembaga penjaga demokrasi.
"Gugatan ini merupakan simbol kesetaraan. Kami percaya, MK merupakan lembaga hukum yang menjamin keberlangsungan demokrasi," ujarnya seperti yang dilaporkan okezone.
Maqdir Ismail menjelaskan bahwa keputusan KPU berkenaan dengan rekapitulasi penghitungan suara layak dibatalkan karena penghitungan suara yang dilakukan KPU mengandung banyak kesalahan dan perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan.
Ditemukan bukti terjadi kecurangan yang masif dan sistematis di 33 provinsi yang merugikan pasangan capres nomor 1 tersebut, seperti penambahan DPT, KPU membuka kotak suara yang sudah disegel. Padahal, seharusnya tindakan tersebut hanya atas perintah MK.
“Intinya kami ingin penetapan yang kemarin dibatalkan dan menerima hasil perhitungan suara kami. Salah satu pilihannya adalah kita harus melakukan pemilihan suara ulang (PSU) di seluruh negeri dan di luar negeri. Pilihannya ada pada Majelis Hakim dengan membatalkan yang pertama dan menetapkan pemenangnya adalah Prabowo," terangnya.
Sebagai the guardian of constitution sekaligus benteng terakhir keadilan untuk perkara pemilu, MK harus menegaskan integritas dan independensinya. MK harus menunjukkan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa penanganan perkara PHPU bebas dari intervensi dari siapapun.
Diharapkan nantinya, putusan MK atas permohonan yang diajukan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bukti-bukti persidangan seputar dugaan kecurangan yang terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif selama penyelenggaraan Pemilu Presiden 2014.
"MK memang harus memerhatikan aspirasi rakyat Indonesia. Namun, di tengah derasnya arus informasi yang beredar melalui medium teknologi seperti internet, MK harus dapat membedakan antara aspirasi rakyat yang murni dan opini-opini publik dari kalangan tertentu yang sarat dengan kepentingan," tambah Maqdir Ismail.
Dia menegaskan, MK harus mengabaikan stigma yang belakangan gencar dihembuskan pihak-pihak tertentu, bahwa menganulir hasil Pemilu Presiden 2014 yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah bertentangan dengan kehendak sebagian besar rakyat Indonesia.
"MK harus meneguhkan sikap bahwa mengoreksi sesuatu yang salah adalah misi mulia demi menyelamatkan nasib demokrasi di republik ini," tegasnya.
0 komentar :
Posting Komentar